Twitter
RSS

SUNNATUL WILADAH

Sunnatul Wiladah adalah tatacara ibadah yang berkaitan dengan bayi yang baru lahir. Dilakukan pada hari ke-7 setelah kelahirannya. Adapun adab-adabnya sebagai berikut:

1. Aqiqah adalah binatang sembelihan yang disembelih karena anak yang baru lahir, yaitu menyembelih kambing 2 ekor kambing bila anak yang dilahirkannya laki-laki dan satu ekor kambing bila perempuan. Jantan atau betina kambing yang disembelih tidak akan memadharatkan yang berakikah.

عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ اَلضَّبِّيِّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ مَعَ الْغُلاَمِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا وَأَمِيطُوا عَنْهُ اْلأَذَى. رواه الجماعة إلا مسلم

Dari salman bin amir Adh-Dhabiy, ia berkata,”saya mendengar Rasulullah saw. bersabda,’bersama anak (yang baru lahir) ada aqiqahnya, maka tuangkanlah darah untuknya (menyembelih kambing) dan hilangkanlah kotorannya (cukurlah rambutnya)”. H.r. Al-jamaah kecuali Muslim.

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ عَنِ النَّبِيِّ e أَنَّهُ قَالَ: كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ.رواه أحمد

Dari samurah bin Jundab dari Nabi saw. beliau bersabda, “Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya. Aqiqqah itu disembelih pada hari ke tujuh (setelah kelahirannya)”. H.r. Ahmad.

عَنْ أَسْمَاءَ عَنِ النَّبِيِّ e قَالَ: اَلْعَقِيقَةُ عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافَأَتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ. رواه أحمد والنسائي

Dari Asma dari Nabi saw.beliau bersabda, “Aqiqah untuk anak laki-laki itu dua ekor kambing yang (relatif) sama besarnya, dan untuk anak perempuan satu ekor kambing”. H.r. Ahmad dan An-Nasai

عَنْ أُمِّ كُرْزٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَالَ: عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ لاَ يَضُرُّكُمْ ذُكْرَانًا كُنَّ أَمْ إِنَاثًا. رواه أحمد والترمذي والنسائي

Dari Ummu Kurz, (ia berkata),”Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,’Untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan satu ekor. Tidak akan memadaratkan kamu (yang beraqiqah) menyembelih yang jantan maupun betina”. H.r. Ahmad, At-Tirmidzi dan AnNasai

Ada juga sebagian yang berpendapat; sah menyembelih kambing pada hari ke-14 atau ke-21 setelah kelahiran bayi tersebut. Mereka beralasan dengan hadis sebagai berikut:

عَنْ بُرَيْدَةَ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: اَلْعَقِيقَةُ تُذْبَحُ لِسَبْعٍ وَِلأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَِلإِحْدَى وَعِشْرِينَ.رواه البيهقي والطبراني

Dari Buraidah dari Nabi saw. beliau bersabda,’Aqiqah itu disembelih pada hari ke tujuh atau ke empat belas atau ke dua puluh satu”. H.r. Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani

Hadis ini tidak boleh diamalkan karena dhaif, yaitu pada sanadnya terdapat rawi bernama Ismail bin Muslim Al-Maki, ia munkarul hadis (hadisnya diingkari). Demikian perrnyataan Ahmad bin Hanbal dalam Tahdzibul Kamal, I:198

2. Cara Membagi Daging Aqiqah

Dalam kitab Al-Muhadzab disebutkan bahwa daging akikah itu disedekahkan setelah dimasak terlebih dahulu. Masakannya mesti pakai gula agar anaknya menjadi manis. Keterangan ini bukan dari Alquran maupun hadis Nabi saw. bahkan tidak pernah diamalkan para sahabat sekalipun, tetapi merupakan tahayyul yang wajib dihindari

Adapun yang menjadi dasar orang memasak terlebih dahulu daging akikah sebelum dibagikan terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah V:532-533 dan Al-Hakim, sebagai berkut

عن عائشة قال : يجعل جدولا ، يؤكل ويطعم.

Dari Aisyah, ia berkata,”Aqiqah itu dimasak sepenggal-sepenggal, dimakan dan disedekahkan

عن عائشة قالت : يطبخ جدولا ، ولا يكسر منها عظم.

Dari Aisyah, ia berkata,”Aqiqah itu dimasak sepenggal-sepenggal dan direcah tulangnya

قالت عائشة ...تقطع جدولا ولا يكسر لها عظم فيأكل ويطعم ويتصدق

Aisyah berkata,”…Akikah itu dipotong sepenggal-sepenggal, tidak direcah tulangnya, dimakan, memberi makan dan disedekahkan.

Namun ketiga hadis di atas tidak boleh dijadikan hujjah karena ma’lul (ada cacatnya) sebagaimana diterangkan oleh Syekh Nashiruddin Al-Albani dalam Mukhtashar Irwaul Ghalil I:230. Jadi menyedekakan daging akikah dalam keadaan mentah itu lebih aman dan lebih mudah dilakukan

3. Dicukur semua Rambutnya dan Diberi Nama

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَالَ: كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى. رواه أحمد وأبو داود

Dari Samurah dari Nabi saw. beliau bersabda,’Aqiqah itu disembelih pada hari ke tujuh (setelah kelahirannya), dicukur sampai habis dan diberi nama” H.r. Ahmad dan Abu Daud

4. Menimbang Rambutnya kemudian disedekahkan dengan harga Perak.

عَنْ عَلِيٍّ أن رسول الله أَمَرَ فَاطِمَةَ فَقَالَ زِنِي شَعْرَ الْحُسَيْنِ وَتَصَدَّقِي بِوَزْنِهِ فِضَّةً.رواه الحاكم والبيهقي

Dari Ali, ia berkata,’Rasulullah saw. bersabda dengan memerintah putrinya yang bernama Fatimah,’Timbanglah rambut Husain itu dengan perak lalu sedekahkanlah seberat timbangan tersebut”. H.r. Al-Hakim

Keterangan: Adapun hadis yang menerangkan menimbang rambutnya dengan emas dan menyedekahkan dengan harga seberat emasnya itu hadisnya tidak sahih. Adapun bila ada orang yang menyedekahkan senilai harga emas belum tentu salah selama tidak menjadikan suatu ketetapan mesti sedekah dengan harga emas

5. Hukum Mengadzani Bayi

عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلاةِ

Dari Ubaidillah bin Abu Rafi dari bapaknya (Abu Rafi), ia berkata,”Saya melihat Rasulullah saw. mengadzani pada telingan hasan (cucunya) ketika Fatimah melahirkannya seperti adzan untuk salat”.

Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad (Fathur Rabani XIII:133), Abu Daud, II:621, At-Tirmdzi, IV:82, dan Al-Baihaqi, Syu’abul Iman, IX:305 dengan redaksi hadis yang berbeda tapi dengan maksud yang sama.

Analisis Sanad: Semua sanad hadis ini melalui rawi bernama Ashim bin Ubaidillah bin Ashim bin Umar bin Al-Khathab. Orang ini dinyatakan dhaif oleh semua ahli hadis, di antaranya: Al-Bukhari berkata,’Dia munkarul hadis (hadisnya diingkari). Ibnu Khuzaimah berkata,’Aku tidak menjadikan hujjah orang tersebut karena jelek hafalannya. Abu Hatim berkata,’Dia munkarul hadis, mudhtharibul hadis (hadisnya goncang) dan tidak ada satu pun yang bisa dijadikan pegangan’. (Lihat Tahdzibul Kamal XIII:500-506)

Oleh karena itu, hadis di atas tidak boleh diamalkan karena sangat dhaif, Jadi hukum mengadzani bayi yang baru lahir adalah hukumnya adalah bid’ah yang sangat keras sekali dilarang oleh agama



---------------------



Pemateri : Nurdin Sa’bana Staf Pengajar Pesantren Tahdzibul Washiyyah Gumuruh Bandung

Jl. Gumuruh 69. 40275 Bandung HP: 0813 2074 7045

Email: nurdin.syabana@gmail.com

Sumber Tulisan : http://www.facebook.com/home.php?#!/notes/nurdin-syabana/sunnatul-wiladah/158214287550097

Comments (0)