Twitter
RSS

Pengalaman Menarik

Sudah lama nih, daku tak menulis di Blog ini. Ya mungkin begini lah pekerjaan awal seorang CPNS, banyak disuruh dan digembleng, kadang disuruh pulang pergi luar kota. Karena itulah blogku ini terbengkalai.
Namun setelah saya coba lagi, ternyata bisa menulis itu bukan karena ada kesempatan tetapi mau tidak kita menyempatkan.
Kali ini daku tidak akan menulis dulu tentang pemrograman, hanya berbagi pengalaman menarik pada saat kemarin ketika ada panggung malam kesenian di belakang rumahku. Jadi begini, kan pada hari minggu tanggal 16 Agustus 2009 setelah saya menghadiri acara pernikahan sahabat dekat, kok ada panggung di belakang rumah. Penasaran menyusup ke dalam hati, buat apa panggung ini ? Setelah tanya tetangga dan orang tua, ternyata mau ada acara pentas kesenian di malam tanggal 17. Kontan saya kaget, habis panggungnya deket banget ke rumah, mana di rumah punya anak masih kecil, acaranya malem lagi.
Nah malamnya tanggal 16 saya datangi rumah Pak RW, saya tanya apakah bener mau ada pentas dangdut di belakang rumah saya? Kok ngak ada panitia yang datang ke rumah yang permisi mau ngadain pentas dangdut? Terus dari pengalaman, setiap kali ada pentas dangdut pasti selalu didatangi pemabuk, lalu keamanannya gimana? tanyaku.
Lalu pak RW memberi jawaban yang kurag memuaskan bagi saya. Jawabnya Ya tolong dimaklum saja, mungkin panitia lupa katanya. Kalo masalah pemabuk, pasti bakalan ada, tapi yang penting keadaan aman karena akan dikerahkan keamanan yang maksimal, toh kalo ada masalah acara akan diberhentikan katanya.
Jawaban yang kurang memuaskan bagi saya, karena saya mengharapkan kepedulian seorang Ketua RW terhadap warganya yang terkena imbas, dan juga kepedulian seorang RW terhadap warganya yang terganggu ketenangannya apabila ada pemabuk berkeliaran disekitar rumah saya. Tapi apalah daya, saya hanya seorang rakyat jelata, tak punya jabatan hebat apalagi nama terkenal.
Keesokan harinya, ketika kami (Saya, istri dan anak) mencoba beristirahat, kami terganggu dengan suara sound system yang menghadap ke rumah kami.
Emosi saya pun memuncak, karena suara itu seakan-akan palu yang memukul kepala ini.
Lalu saya coba sholat dengan keadaan sound system yang masih bersuara nyaring.
Lalu seusai shalat saya pun berdo'a dan merenung. Dalam renungan itu terfikir kenapa tidak ada yang berani mengutarakan kalo ada pentas dangdut di malam hari, dalam pengalaman daerah kami, itu akan mengganggu, baik dari suaranya maupun keamanannya.
Bagi kami tidak jadi masalah kalau memang acara tersebut hanya untuk pentas tari anak-anak karena biasanya tidak terlalu nyaring dan tidak sampai larut malam. Tapi kalau pentas dangdut, pengalaman berkata lain. Lalu terbersit lah niat untuk mengirim surat pada Pengurus RW dan Tokoh Masyarakat Setempat. Niat dengan tujuan yang baik, hanya sedikit tercampur emosi.
Hasil Akhir, beginilah tulisan saya itu:
Bandung, 17 Agustus 2009

Untuk Pengurus RW 15 dan Tokoh Masyarakat setempat

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Ramadhan sebentar lagi kan datang, kami bersilaturahmi dengan surat ini, agar memasuki Ramadhan hati kita bisa dibersihkan Alloh. Kami memohon maaf apabila ada kesalahan kami yang disengaja ataupun tidak disengaja baik lisan maupun perbuatan.

Inilah suara kami yang tak berdaya dengan kedzaliman manusia zaman sekarang. Apakah sudah tak berarti suara kami, sampai mengadakan acara di belakang rumah kami tanpa meminta persetujuan kami, bahkan diisi dengan acara maksiat(dangdut), yang mau tidak mau akan mengundang para pemabuk untuk hadir. Apakah sudah tidak berarti keberadaan kami, sampai mengadakan acara di belakang rumah kami berupa dangdut yang mengganggu ketenangan kami, apalagi kami mempunyai anak yang masih kecil.

Entah acara kemerdekaan apa yang tengah akan diadakan, sedang kemerdekaan kami terenggut. Lalu apa arti kemerdekaan sesungguhnya. Kami jadi merasa tidak merdeka dengan adanya acara ini. Kami memohon maaf apabila ini dirasa kurang sopan, tapi inilah suara hati kami yang lemah dan tak berdaya melihat apa yang terjadi sekarang.

Semoga kita diberi umur oleh Alloh untuk sampai pada Bulan Ramadhan sekarang, dan semoga Alloh membersihkan hati kita memasuki Bulan Ramadhan kali ini. Jazakalloohu Khoiron Katsir

Wassalau’alaikum wr.wb.

Salam Hangat

Agus Gumilar dan Istri



Setelah Sholat Ashar, saya bagikan surat tersebut. Tak kunjung lama setelah selesai dibagikan, pukul 17.00 sekumpulan orang datang bertamu ke rumah. Kumpulan orang tersebut terdiri dari Ketua RW, Keamanan, dan Ketua Hut RI. Saya akui memang, karena waktu yang singkat dalam menulis dicampur dengan sedikit emosi, ada beberapa kata yang seharusnya dijelaskan secara rinci sehingga tidak menimbulkan persepsi lain, ya apalah daya kalau hati yang meledak ingin bicara.
Mereka memprotes tulisan saya, karena katanya kok mendadak dan mengkritik beberapa tulisan saya tersebut. Saya jawab satu persatu.
Saya katakan Tulisan tersebut hanya suara hati saya terhadap apa yang terjadi, yang mungkin tidak berarti buat bapak-bapak tersebut. Jadi kalo pun saya menulis bukan untuk menghentikan acara karena tidak punya hak, hanya mengutarakan isi hati saja.
Bukan saya tidak setuju dengan kreasi seni pada saat 17 agustus, hanya mengapa tidak bilang ke saya sebelumnya sebagai warga yang terdekat dengan panggung. Selai itu toh banyak kreasi yang dimunculkan selain mengadakan acara yang rawan gangguan seperti bakti sosial, pemutaran film perjuangan dsb.
Lalu kalau masalah penulisan dangdut(maksiat) itu memang kesalahan saya yang terburu-buru dalam menulis. Maksudnya adalah dari pengalaman pentas dangdut pada saat 17 Agustus, tidak sedikit menjadi lahan maksiat, yakni hadirnya para pemabuk, bahkan sempat menjadi konflik antar pemabuk. Kalo masalah meminimalisir gangguan sebenarnya, kan bisa diadakan siang hari.
Ya pada akhirnya, terjadilah adu argumen yang tak terelakan.
Namun selesai berbicara saya coba tenangkan situasi, dan pada akhirnya kami pun bersalaman.
Namun ini menjadi catatan dalam hidup saya, entah dipandang baik atau buruk oleh siapa saja tindakan saya. Yang pasti tindakan saya itu bertujuan baik, dan saya tidak ingin seperti kebanyakan orang ketika ada masalah coba menghindar dengan alasan menghindari konflik. Bagi saya, ketika ada masalah hadapi, kalau pun muncul konflik hadapi, jangan berlari, justru itu pengalaman bagi kita bagaimana caranya berhadapan dan meredakan konflik, bukan menghindar.
Itu saja pengalaman saya kemarin, terima kasih sudah membaca mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk semua dalam menghadapi masalah.

Terima kasih

Comments (0)